Showing posts with label asma. Show all posts
Showing posts with label asma. Show all posts

17.9.08

10 FAKTA SEPUTAR MIMISAN

Waspadai jika mimisan disertai gejala lain seperti demam dan sakit kepala.

Simaklah penjelasan dr. Najib Advani, Sp.A (K) M.Med.Paed., dalam bentuk tanya jawab berikut.

1. Apakah mimisan berbahaya?

Sebagian besar mimisan pada anak tidak berbahaya.
Jadi, tak perlu panik. Selama anak terlihat sehat dan aktif, juga tidak disertai gejala lain seperti demam, orangtua tak perlu kelewat khawatir.

2. Mengapa dari hidung sering keluar darah atau mimisan?

Maklum saja, hidung punya banyak pembuluh darah, terutama di balik lapisan tipis cupingnya.

3. Mengapa mimisan paling sering terjadi pada anak?

Selaput lendir dan pembuluh darah anak masih tipis dan sensitif, sehingga saat ada faktor pencetus seperti udara dingin atau trauma ringan, darah pun langsung mengucur keluar. Terjadinya pun umumnya spontan, ringan, dan mudah berhenti.

4. Apa saja faktor pencetus mimisan pada anak?

- Trauma
Seperti akibat benturan benda keras, kemasukan benda asing, atau dikorek-korek yang membuat selaput lendir dan pembuluh darah di hidung terluka dan menyebabkan perdarahan.

- Penggunaan AC tidak bijak
Cara kerja AC yang menyerap uap air di udara membuat kelembapan di ruangan jauh berkurang. Ditambah, suhu yang terlalu dingin membuat udara jadi makin kering.
Udara kering yang diisap anak akan membuat alat pernapasannya mengering, sehingga selaput lendirnya mudah pecah dan berdarah.

- Reaksi refluks
Khusus untuk bayi, mimisan bisa terjadi karena reaksi refluks. Ini terjadi saat bayi muntah atau gumoh.
Aliran balik makanan dari lambung ke mulut atau hidung dapat menyebabkan mimisan. Muntahan yang banyak mengandung zat asam itu bisa mengiritasi atau melukai hidung. Mimisan pada bayi umumnya juga sembuh sendiri dan tidak perlu penanganan khusus.

- Faktor keturunan
Anak-anak tertentu lahir dengan pembuluh darah di hidung yang gampang pecah dan berdarah. Jika kelembapan udara sangat rendah seperti di negeri subtropis dan suhunya sangat dingin, maka anak-anak seperti ini umumnya tidak sehingga hidungnya terus-menerus mengeluarkan darah. Padahal, banyak anak lain yang tidak merasakan gangguan serupa.
Pernah ada kasus seorang anak Indonesia batal melanjutkan sekolahnya selama musim dingin ke negeri empat musim "hanya" karena berbakat mimisan.

5. Bagaimana mengatasinya?

Pertolongan pertama yang bisa dilakukan adalah menghentikan perdarahan tanpa bantuan obat dan alat.

Cukup dengan duduk dengan posisi badan dan kepala agak maju ke depan. Lalu gunakan ibu jari dan telunjuk untuk menekan dan menutup hidung. Sedangkan mulut dibuka untuk bernapas. Lakukan selama 1-2 menit. Tak berapa lama kemudian biasanya darah langsung berhenti.

Dengan memajukan kepala berarti darah tidak akan mengalir kembali ke tenggorokan. Gunanya mencegah iritasi dan batuk, tersedak, atau muntah darah. Posisi duduk juga membuat aliran darah lebih lambat, karena posisi jantung sebagai pusat pompa darah berada di bawah hidung. Berbeda jika anak dibaringkan, karena posisi jantung berada sejajar dengan hidung, sehingga darah yang mengalir pun relatif lebih cepat.

Jika cara pertama belum berhasil, cobalah kompres hidung dengan es. Bungkuslah es dengan saputangan lalu tempelkan di antara kening dan hidung. Selain es, benda lain seperti makanan atau minuman beku bisa digunakan. Es dan benda dingin lainnya yang ditempelkan mampu mengecilkan pembuluh darah sehingga perdarahan pun cepat berhenti. Kompres bisa dilakukan saat perdarahan sedang berlangsung maupun berhenti.

Hal yang penting dilakukan, bersikaplah tenang saat si kecil mimisan. Kepanikan orangtua dapat membuat anak ikut panik dan menangis. Akhirnya, perdarahan sulit dihentikan.

6. Bagaimana kalau darah belum berhenti keluar?

Jika dalam waktu 15-20 menit perdarahan tidak kunjung berhenti, ulangi gerakan menutup dan menekan hidung seperti dijelaskan tadi. Segera datangi klinik dokter atau rumah sakit terdekat jika mimisan tidak berhenti.

Dokter akan membantu dengan memberikan obat tetes atau obat semprot yang mampu menghambat pecahnya pembuluh darah. Bahkan, boleh jadi bagian hidung yang berdarah dibakar (dikostik) agar darah tidak terus-menerus keluar, kemudian hidung dibersihkan. Kalau tidak berhasil, dokter akan memberi tampon atau kapas dengan salep vaselin selama 1-2 hari. Fungsinya menekan dan mengistirahatkan perdarahan.

7. Setelah darah berhenti keluar, apa yang harus dilakukan?

Usahakan anak tidak mengembuskan napas lewat hidung terlalu keras. Anak juga harus dijelaskan agar tidak mengorek-ngorek hidung atau bekas luka yang mengering.
Tindakan itu akan menyebabkan hidung mengalami perdarahan kembali.

8. Akankah kejadian mimisan reda selamanya?

Jika sudah diatasi maka gangguan mimisan pun akan berhenti. Mimisan karena demam berdarah, misalnya, tentu akan hilang setelah demam berdarahnya sembuh.
Demikian juga dengan mimisan karena penyakit infeksi, setelah diobati, mimisan pun segera pergi.

Gangguan mimisan umumnya berkurang sesuai dengan pertambahan usia. Semakin tambah usia, pembuluh darah dan selaput lendir di hidungnya sudah semakin kuat, hingga tak mudah berdarah.

9. Mimisan seperti apa yang perlu ditangani serius?

Meski mayoritas kasus mimisan tidak berbahaya, orangtua hendaknya waspada jika frekuensi mimisan itu cukup sering, tiap 1-2 hari. Ini karena ada kemungkinan si kecil mengidap penyakit berbahaya.

Penyakit seperti ITP (Idiopathic Thrombocytopenic Purpura), demam berdarah, leukemia, thalasemia berat, atau hemofilia, bisa juga menunjukkan gejala mimisan.

Ini karena kadar trombosit yang rendah bisa menyebabkan perdarahan di hidung. Anak hemofilia bisa saja memiliki kadar trombosit yang normal, tapi faktor pembekuan darahnya rendah sehingga sering mengalami perdarahan. Meski kasusnya sangat jarang, anak darah tinggi dan gagal ginjal pun memiliki risiko besar mengalami mimisan. Demikian juga anak dengan riwayat hipertensi (tekanan darah tinggi).

Perhatikan gejala-gejala yang mungkin menyertai. Jika disertai demam, kemungkinan penyebabnya penyakit infeksi seperti demam berdarah. Jika disertai munculnya bercak-bercak darah kemungkinan menjurus pada leukemia atau ITP. Sedangkan pada sinusitis umumnya mimisan disertai sakit kepala.

Berbeda dari mimisan normal yang umumnya bersumber pada bagian anterior (bagian depan rongga hidung), maka mimisan yang disertai penyakit berbahaya bersumber dari bagian dalam hidung (posterior). Tak heran, darah yang keluar banyak dan sulit dihentikan.

Perdarahan yang banyak bisa membuat anak kekurangan darah (anemia). Bahkan, bukan tidak mungkin menyebabkannya pingsan. Untuk mengatasinya, dokter akan memberikan vitamin dan mineral. Lain hal jika anak kehilangan darah cukup banyak. Sangat mungkin dia harus menjalani transfusi darah.

10. Apakah pemakaian obat-obat tertentu dapat menyebabkan mimisan?

Ya, penggunaan obat-obat tertentu pun bisa menyebabkan mimisan. Obat antipanas yang mengandung acetyl salicylic acid, misalnya, pada beberapa anak bisa menyebabkan mimisan. Segera konsultasikan pada dokter jika obat tertentu memberikan reaksi kurang baik seperti mimisan pada anak.

TIP CEGAH MIMISAN

  • Gunakan AC dengan bijak dan aman. Jangan menyetel AC terlalu dingin dan lama. Selain boros energi, udara di ruangan akan menjadi sangat dingin dan kering. Untuk Indonesia, suhu 23-260C relatif cukup.

  • Hindari anak dari paparan asap rokok. Selain dapat mengiritasi saluran pernapasan, rokok juga bisa mengeringkan saluran hidung. Ini jelas akan membuat anak mudah mengalami mimisan.

  • Saat gatal, pilek, atau membersihkan kotoran hidung, ajari anak untuk menggunakan tisu maupun saputangan. Hindari kebiasaan mengorek-ngorek hidung atau mengembuskan udara lewat hidung terlalu keras.

  • Usahakan banyak makan sayur dan buah guna memperkuat selaput lendir hidung.

  • Jauhkan anak dari benda-benda pencetus alergi di rumah. Barang-barang berbahaya juga sebaiknya disingkirkan agar tidak sampai mencederai anak.


Arsip: http://www.freelists.org/archives/ak93-feua

15.7.08

Kiat Utama Tatalaksana Asma Anak ( Bag 2 - habis)

sambungan ...

Orang tua pasien seringkali melaporkan eratnya kaitan makanan tertentu dengan timbul atau memburuknya gejala asma pada anaknya. Selain zat makanannya itu sendiri bisa menjadi pencetus, suhu dingin dari makanan/minumannya juga dapat menjadi pencetus. Misalnya air putih tidak dingin tidak menjadi faktor pencetus, tapi air putih dingin dapat menjadi pencetus.

  • Es, makanan-minuman dingin, termasuk air dingin, buah dingin
  • Permen, dengan segala variasinya
  • Coklat, dalam segala macam bentuknya: susu coklat, kue coklat, wafer, misis, selai, dan semua makanan/minuman yang mengandung coklat
  • Vetsin, semua makanan bervetsin: snack gurih, fried chicken, mie instant, nugget, sosis, dan lain-lain
  • Kacang tanah, dalam segala macam bentuknya: selai, biskuit, somay, sate, pecal, gado-gado, ketoprak
  • Gorengan, terutama yang menggunakan minyak goreng bekas
  • Buah tertentu, anggur, tomat, klengkeng, rambutan
  • Zat pewarna, zat pengawet. Makanan anak-anak seringkali dibuat dalam warna warni mencolok untuk menarik perhatian. Seringkali pewarna atau pengawet dalam makanan menjadi faktor pencetus.

Faktor pencetus serbaneka adalah yang di luar dua kelompok sebelumnya.

  • Infeksi respiratori akut (IRA), berupa salesma atau common cold yang sering keliru disebut dengan flu. IRA sebagian besar disebabkan oleh virus, sehingga sebagian besar IRA tidak memerlukan antibiotik. IRA senidiri dapat dimanifestasi sebagai batuk &/ pilek, sebagaimana asma (batuk alergi) dan rintis alergika (pilek alergi). Namun karena infeksi virus bersifat self limiting, biasanya paling lama 1 minggu batuk-pilek karena IRA akan menghilang. Jika lewat seminggu, apalagi jika lebih dari 2 minggu batuk/pileknya masih berlangsung, sangat mungkin asma/rintis alergikanya sudah tercetus oleh IRA.
  • Aktivitas fisis (exercise), termasuk di dalamnya berlarian, teriak-teriak, menangis, tertawa berlebihan
  • Kelelahan/stress, baik jasmani (fisis) maupun rohani (psikis), emosi berlebihan (sedih, marah, gembira)
  • Hawa dingin, suhu dini hari/pagi hari, termasuk suhu AC yang terlalu dingin
  • Perubahan musim/cuaca/suhu: kemarau-penghujan, panas-dingin

Faktor pencetus ini bersifat individual, dalam arti belum tentu sama untuk tiap pasien. Oleh karena itu pasien/orang tuanya, perlu apa saja yang berperan sebagai faktor pencetus. Yang perlu mendapat perhatian juga, biasanya faktor pencetus ini tidak berperan tunggal, namun kombinasi dari berbagai faktor pencetus, sehingga bersifat kumulatif.

Sebagaimana halnya keadaan tubuh kita mengalami fluktuasi irama (bioritmik), sifat alergi seseorang juga mengalami irama naik turun. JIka sifat alerginya sedang 'tenang', pasien tidak terlalu sensitif, dan sampai batas tertentu masih dapat mentoleransi faktor pencetus. Tapi jika sedang 'kumat', dengan pencetus tunggal yang sederhana saja dapat timbul gejala penyakitnya.

Jadi sekali lagi kiat utama tatalaksana asma anak adalah penghindaran, bukan obat saja. Penghindaran pencetus in memang mudah untuk dikatakan, tapi sangat sulit pelaksanaannya. Namun dalam penanggulangan asma anak hal ini tidak dapat ditawar-tawar. Seberapa banyak atau betapapun canggihnya obat asma, jika penghindaran faktor pencetus in tidak dilaksanakan, dapat dijamin asmanya tidak akan terkendali (batuk tetap ada/timbul lagi).

Bekasi, 2 Mei 2008
Dr. Darmawan Budi Setyanto, SpA(K)
Spesialis Anak Konsultan Respirologi
Fak. Kedokteran UI
Pusat Asma Anak SUDDHAPRANA RSCM

Kiat Utama Tatalaksana Asma Anak ( Bag 1)

Asma merupakan penyakit kronik (menahun) pada anak yang paling sering dijumpai. Berbeda dengan asma pada orang dewasa yang gejalanya sesak disertai bunyi ngik-ngik, pada anak seringkali gejalanya berupa batuk yang 'bandel'. Dasar penyakit ini adalah faktor alergi yang bergejala di saluran napas. Penyakit ini tidak bisa disembuhkan dalm arti dihilangkan sama sekali dari seorang pasien, namun penyakit ini dapat dikendalikan. Jika terkendali, gejalanya tidak ada, sehingga praktis 'sembuh'. Dalam mengendalikan asma kiat utamanya adalah penghindaran, penghindaran dan sekali lagi penghindaran faktor pencetus. Faktor pencetus adalah hal/keadaan yang bisa menyebabkan gejala asma yang tadinya tidak ada menjadi timbul, atau gejala tidak kunjung membaik, atau yang gejala awalnya ringan menjadi lebih berat.

Hal ini seringkali tidak dipahami oleh pasien/keluarganya. Banyak orang mengira dengan pemberian obat, asma dapat disembuhkan bahkan dihilangkan sama sekali. Keadaan ini yang sering membuat orang tua pasien menjadi frustasi, karena umumnya mereka sudah berkeliling ke banyak dokter, diberi berbagai macam obat, tapi batuk sebagai gejala utama asma tidak kunjung reda/hilang. Ataupun jika membaik sebentar kemudian gejalanya timbul lagi.

Bila digali sedikit lebih dalam, biasanya peran faktor pencetus in belum mendapat perhatian, dan tentunya belum dihindari. Padahal penghindaran faktor pencetus ini merupakan kiat utama dalam tata laksana asma. Pada kebanyakan kasus, dengan penghindaran yang adekuat, asmanya dapat dikendalikan, bahkan bisa tanpa obat. Bila sesekali timbul gejala asma karena faktor pencetus yang tidak terhindarkan, baru diperlukan pemberian obat asma.

Faktor pencetus in biasanya merupakan hal-hal yang lazim dijumpai dalam kehidupan sehari-hari seorang anak. Faktor pencetus ini dapat dibagi menurut beberapa pengelompokan, namun secara praktis dapat dibagi tiga kelompok, yaitu:
  • Lingkungan
  • Makanan
  • Serbaneka

Faktor pencetus di >lingkungan ini biasanya berbentuk zat yang dapat terhirup melalui saluran respiratori/napas (aeroinhalan). Ini bisa dijumpai di dalam rumah (indoor), di lingkungan sekitar rumah, di lingkungan sekolah, maupun di lingkungan luar (outdoor pollution). Faktor pencetus hirupan ini antara lain:

  • Debu rumah dan tungau debu rumah

Ini banyak terdapat dalam perabot rumah yang potensial menyimpan debu, apalagi bila jarang dibersihkan, misalnya:
- Karpet bulu, boneka bulu, sofa kain bulu
- Korden yang lama tidak dicuci (sebaiknya paling lama setiap 2minggu)
- Koran & majalah bekas, buku-buku tua

  • Kapuk: kasur, bantal, guling boneka
  • Asap, merupakan salah satu pencetus utama yang sering dijumpai
    - Rokok: termasuk merokok di halaman, teras, garasi, KM/WC, dapur, terlebih dalam rumah
    - Obat nyamuk (bakar, semprot, elektrik), asap hio/dupa
    - Dapur: kayu bakar, minyak tanah, gas
    - Kosmetik: hairspray, parfum, deodorant
    - Bakaran sampah, bakaran hutan
    - Polusi kendaraan, polusi pabrik
  • Renovasi rumah: debu puing bangunan, debu semen, bahan kimia (cat, terpentin, dllI)
  • Rontokan binatang (animal dander): rontokan bulu, serpihan kulit, air liur, dan kotoran binatang
    - Ayam, burung
    - Anjing, kucing, kelinci, hamster
  • Industri rumah tangga (home industry): konveksi, percetakan, bengkel (cat, motor, las)
  • Jamur bisa tumbuh subur di lingkungan kamar kita, misalnya
    - dalam AC yang jarang diservice
    - dinding kamar yang lembab
    - rumah yang lama tidak ditinggali
bersambung ...

17.6.08

Obat Asma Hirupan

Meski layanan kesehatan dewasa ini sudah tersebar cukup merata, patut diketahui masih banyak penderita serangan asma yang datang ke rumah sakit dalam keadaan terlambat. Bahkan ada juga penderita yang meninggal dalam perjalanan ke rumah sakit. Karena itu, amat penting untuk mengenal faktor pencetus serta apa yang harus dilakukan jika ada serangan asma.

Pada penyakit asma terjadi proses radang kronis di pipa saluran napas. Peradangan kronis ini dapat menyebabkan pipa saluran napas menjadi sensitif, mudah terangsang oleh alergen maupun iritan. Sebagai contoh, jika sekelompok siswa masuk ke gudang sekolah, maka siswa yang mempunyai penyakit asma mungkin akan mengalami bersin, batuk, bahkan sesak karena terpajan oleh debu yang merangsang pipa saluran napas. Siswa lain juga terpajan, tetapi karena pipa saluran napasnya tidak peka (normal), mereka tidak mengalami serangan.

Akibat peradangan kronis, pipa saluran napas penderita asma mudah terangsang dan menyempit. Selain itu, pada pipa saluran napas penderita asma sering terbentuk sekret yang menyebabkan udara yang masuk dan keluar pipa saluran napas terhalang sehingga penderita menjadi sesak.

Nah, pengobatan asma ditujukan untuk melebarkan kembali pipa saluran napas yang menyempit (untuk ini digunakan obat bronkodilator) dan obat untuk menghentikan inflamasi kronis (untuk tujuan ini digunakan obat anti-inflamasi berupa steroid). Sekarang tersedia baik obat bronkodilator maupun obat anti-inflamasi dalam bentuk hirupan. Keunggulan obat hirupan adalah masa mulai kerjanya (onset) cepat karena obat ditujukan langsung ke pipa saluran napas serta pada umumnya kurang berpengaruh pada organ tubuh lain seperti jantung.

Pada obat asma yang diminum, setelah diserap usus, obat akan masuk ke sirkulasi dan beredar di sirkulasi terlebih dahulu baru sampai ke pipa saluran napas sehingga masa mulai kerjanya lebih lama. Selain itu, karena bersifat sistemik, maka dapat menimbulkan berbagai efek samping.

Salah satu efek samping yang perlu diperhatikan pada penggunaan obat secara sistemik ini adalah efek samping steroid. Obat steroid merupakan obat anti-inflamasi yang ampuh, tetapi penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan beberapa kerugian pada pemakai. Kelainan pada kulit dapat berupa jerawat, muka dapat sembab, tekanan darah dapat meningkat, juga gula darah dapat meninggi. Selain itu juga dapat timbul katarak pada mata. Pada penggunaan lama tulang juga dapat menipis (osteoporosis). Karena itulah jika dapat digunakan obat steroid topikal dalam bentuk hirupan akan lebih aman bagi penderita.

Jadi, penggunaan obat asma dalam bentuk hirupan mempunyai beberapa keuntungan. Tetapi, untuk menggunakan obat asma dalam bentuk hirupan ini perlu penjelasan cara menggunakannya dengan baik. Bahkan diperlukan latihan agar obat dapat masuk pipa saluran napas secara benar. Selain itu, yang agak memberatkan untuk pasien adalah obat ini tersedia dalam jumlah yang cukup banyak, yaitu 100 atau 200 hirupan (sekitar penggunaan sebulan) sehingga harganya mahal. Namun, sebenarnya jika dihitung per kali pengobatan, harganya menjadi lebih murah.

Sekarang bahkan obat asma hirupan tidak hanya mengandung obat bronkodilator atau steroid topikal saja, tetapi juga sudah ada dalam bentuk campuran bronkodilator dan steroid topikal sehingga lebih hemat dan nyaman. Penggunaan obat hirupan asma tidak hanya digunakan pada asma yang telah berat, bahkan sekarang digunakan juga pada asma dini.

dr Samsuridjal Djauzi

Sumber : Kompas Cybers Media

Alergi Penyebab Utama Asma pada Anak

Jumat, 6 Februari, 2004 oleh: Siswono

Saat ini alergi merupakan salah satu faktor penting penyebab berkembangnya penyakit asma. Terbukti, 75%-90% anak dengan asma di dunia mengidap alergi.

“Oleh karena itu, pengendalian lingkungan harus dilakukan untuk setiap anak asma,” kata dr Rina Triasih, pada seminar Diagnosis dan Tata Laksana Asma pada Anak di RS Cakra Husada, Klaten (Jateng), kemarin.

Untuk itu, lanjut Rina, menghindari asap rokok juga merupakan rekomendasi penting dari bagian pengendalian lingkungan. Dianjurkan pula keluarga yang memiliki anak dengan asma tidak memelihara binatang berbulu, seperti kucing, anjing, dan burung.

Satu hal penting yang juga perlu mendapat perhatian dari kalangan orang tua, menurut spesialis anak dari Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK Universitas Gadjah Mada/RS dr Sardjito, Yogyakarta, ini adalah perbaikan ventilasi ruangan dan penghindaran kelembaban kamar. Kondisi ruangan yang sehat itu mutlak dijaga, terutama bagi keluarga dengan anak asma yang sensitif terhadap debu rumah dan tungaunya.

“Perlu diingat, anak asma acapkali menderita rinitis alergika atau sinusitis yang membuat asma sulit dikendalikan. Deteksi dan diagnosis kedua kelainan itu, yang diikuti dengan terapi adekuat akan memperbaiki gejala asma anak,” ujar Rina Triasih.

Kurangnya pengetahuan tentang asma dan tata laksananya, tambah Rina, berpengaruh terhadap peningkatan morbiditas dan mortalitas penyakit tersebut. Hal ini bukan saja terjadi pada pasien dan keluarganya, tapi juga pada tenaga kesehatan, bahkan dokternya.

Sebab, banyak dokter tidak mengikuti perkembangan dan perubahan konsep tentang asma dan tata laksananya. Lebih jauh lagi mereka tidak mempunyai keterampilan praktis penggunaan alat-alat inhalasi. Sehingga, bahkan, ada dokter yang sampai melarang pasien yang sudah menggunakannya.

“Di banyak tempat di dunia, baik negara berkembang maupun negara maju, asma anak masih banyak yang underdiagnosed dan undertreatment,” tegasnya.

Dengan demikian, lanjut Rina, pendidikan asma sangat perlu dilakukan terhadap tenaga kesehatan, pasien, dan keluarganya serta guru sekolah. Selain kemitraan keluarga dan gurunya, keterlibatan unsur lain juga penting, misalnya lembaga swadaya masyarakat (LSM) dan media massa.

Menurut dia, media massa dapat berperan konstruktif dalam menyebarkan informasi tentang asma dan penanggulangannya kepada masyarakat luas. Sedangkan peran orang tua dalam penanggulangan asma anak cukup penting dibandingkan peran orang lain termasuk dokter. (JS/V-4)

Sumber: Media Indonesia, Kamis, 05 Februari 2004

Apakah Anak saya Asma?

Penulis: Darmawan Budi S

Banyak anak asma yang tak terdiagnosis penyakitnya sehingga ditangani sebagai penyakit lain dan keluhannya tak kunjung reda. Mengapa ? Dalam hal kesehatan dan penyakit, banyak di antara kita menilai anak seperti orang dewasa. Inilah pangkal masalahnya. Anak bukan orang dewasa dalam ukuran kecil, jadi berbeda dengan orang dewasa. Banyak aspek kesehatan dan penyakit yang berbeda pada anak dibanding orang dewasa.

Untuk penyakit sama, gejalanya yang menonjol bisa berbeda antara pasien anak dan dewasa. Sebaliknya, gejala yang sama, misalnya batuk, bisa mengarah ke penyakit yang berbeda anatara anak dan dewasa. Karena itu, orang tua perlu memahami gejala pada anak yang patut dipikirkan kemungkinan ke arah asma.

Asma pada anak tidak selalu memberi gejala sesak dan napas berbunyi (mengi) seperti orang dewasa. Sering kali gejala yang menonjol hanya batuk, tapi bukan sembarang batuk. Lalu, batuk seperti apa yang patut diduga asma? Batuk yang “bandel”.

Pengertian “bandel” mencakup beberapa keadaan yang mirip, yaitu batuk berlangsung lama (dua minggu lebih), sulit sembuh, timbul berulang dalam jangka pendek, atau membaik sebentar namun timbul lagi. Biasanya pasien dengan batuk bandel sudah berkeliling berobat ke banyak dokter umum maupun spesialis.

Pada orang dewasa, jika ditemukan gejala batuk yang bandel, dugaan penyakit penyebab pertama adalah tuberkulosis (tb). Dugaan ini sering diterapkan pada anak juga.

Pemeriksaannya berupa foto rontgen dengan penafsiran sangat subyektif. Kemudian, bisa diduga ada “flek” dalam parunya sehingga diterapi tb. Jika ternyata asma, maka usia pengobatan tb, batuknya akan tetap ada.

Perlu mengubah paradigma pemikiran jika menemui anak dengan batuk yang bandel. Pertama, pikirkan kemungkinan ke arah asma, bukan Tb. Tb. pada anak bisa memberi gejala batuk, namun bukan utama. Hal yang mendukung ke arah asma diantaranya :

Batuk timbul jika terpajan dengan faktor pencetus yang banyak sekali bentuk dan macamnya. Ada yang dari lingkungan rumah, berupa debu, asap rokok, kapuk, atau bulu binatang. Faktor lain yang biasanya teramati orang tua berbentuk makanan, misalnya permen, cokelat, makanan ringan mengandung vetsin, gorengan, es, atau kacang. Pencetus lainnya adalah flu, aktivitas fisik berlebihan hingga lelah, atau perubahan cuaca.

Batuk asma pada anak memberikan ciri lain yang lebih berat pada malam atau dini hari. Terkadang, perbedaan intensitas batuk pada siang dan malam hari, demikian ekstrem. Siang, tanpa batuk sama sekali, lalu malam justru hebat sampai anak tidak bisa tidur. Tentu orang tua ikut terganggu tidurnya. Akibatnya anak mengantuk di sekolah, dan orang tuanya mengantuk saat bekerja.

Sebagian besar asma didasari faktor alergi. Jadi, asma merupakan satu bentuk penyakit alergi. Dalam riwayat keluarga, biasanya ditemui asma, serta bentuk lain penyakit alergi, seperti eksim, pilek alergi, atau alergi obat maupun makanan. Kalau perlu, ditelusuri riwayat keluarga besar sampai buyut, kakek, paman, sepupu, dan seterusnya.

Hal yang diturunkan adalah bakat alerginya, namun manifestasinya bisa berbeda. Warisan bakat ini pun bisa lompat generasi. Misalnya, kakek mengidap alergi obat, anaknya mungkin tak memiliki manifestasi alergi, baru pada cucunya timbul penyakit tersebut.

Hal lain yang memperkuat diagnosis asma ialah respons yang baik dengan obat asma. Sering karena tidak terdiagnosis asma, pasien dengan batuk bandel diberikan obat penekan batuk, tapi bentuknya malah kian menjadi. Pasien asma memang tidak boleh diberikan obat tadi. Pasien akan mereda batuknya jika diberikan obat asma.

Untuk mengonfirmasi diagnosis asma, perlu dilakukan pemeriksaan khusus berupa uji fungsi paru. Untuk melaksanakannya, pasien perlu melakukan jurus yang cukup kompleks. Biasanya, anak berusia dibawah tujuh tahun belum mampu melakukannya sehingga pemerikssaan ini terbatas digunakan pada anak kecil.

Apabila ditemukan anak dengan batuk yang bandel disertai beragam fakta yang menunjang seperti di atas, anak dapat didiagnosis sebagai asma. Jika diagnosisnya tepat, tinggal masalah manajemennya.

Sumber www.idai.or.id/

Apakah Anak saya Asma?

Penulis: Darmawan Budi S

Banyak anak asma yang tak terdiagnosis penyakitnya sehingga ditangani sebagai penyakit lain dan keluhannya tak kunjung reda. Mengapa ? Dalam hal kesehatan dan penyakit, banyak di antara kita menilai anak seperti orang dewasa. Inilah pangkal masalahnya. Anak bukan orang dewasa dalam ukuran kecil, jadi berbeda dengan orang dewasa. Banyak aspek kesehatan dan penyakit yang berbeda pada anak dibanding orang dewasa.

Untuk penyakit sama, gejalanya yang menonjol bisa berbeda antara pasien anak dan dewasa. Sebaliknya, gejala yang sama, misalnya batuk, bisa mengarah ke penyakit yang berbeda anatara anak dan dewasa. Karena itu, orang tua perlu memahami gejala pada anak yang patut dipikirkan kemungkinan ke arah asma.

Asma pada anak tidak selalu memberi gejala sesak dan napas berbunyi (mengi) seperti orang dewasa. Sering kali gejala yang menonjol hanya batuk, tapi bukan sembarang batuk. Lalu, batuk seperti apa yang patut diduga asma? Batuk yang “bandel”.

Pengertian “bandel” mencakup beberapa keadaan yang mirip, yaitu batuk berlangsung lama (dua minggu lebih), sulit sembuh, timbul berulang dalam jangka pendek, atau membaik sebentar namun timbul lagi. Biasanya pasien dengan batuk bandel sudah berkeliling berobat ke banyak dokter umum maupun spesialis.

Pada orang dewasa, jika ditemukan gejala batuk yang bandel, dugaan penyakit penyebab pertama adalah tuberkulosis (tb). Dugaan ini sering diterapkan pada anak juga.

Pemeriksaannya berupa foto rontgen dengan penafsiran sangat subyektif. Kemudian, bisa diduga ada “flek” dalam parunya sehingga diterapi tb. Jika ternyata asma, maka usia pengobatan tb, batuknya akan tetap ada.

Perlu mengubah paradigma pemikiran jika menemui anak dengan batuk yang bandel. Pertama, pikirkan kemungkinan ke arah asma, bukan Tb. Tb. pada anak bisa memberi gejala batuk, namun bukan utama. Hal yang mendukung ke arah asma diantaranya :

Batuk timbul jika terpajan dengan faktor pencetus yang banyak sekali bentuk dan macamnya. Ada yang dari lingkungan rumah, berupa debu, asap rokok, kapuk, atau bulu binatang. Faktor lain yang biasanya teramati orang tua berbentuk makanan, misalnya permen, cokelat, makanan ringan mengandung vetsin, gorengan, es, atau kacang. Pencetus lainnya adalah flu, aktivitas fisik berlebihan hingga lelah, atau perubahan cuaca.

Batuk asma pada anak memberikan ciri lain yang lebih berat pada malam atau dini hari. Terkadang, perbedaan intensitas batuk pada siang dan malam hari, demikian ekstrem. Siang, tanpa batuk sama sekali, lalu malam justru hebat sampai anak tidak bisa tidur. Tentu orang tua ikut terganggu tidurnya. Akibatnya anak mengantuk di sekolah, dan orang tuanya mengantuk saat bekerja.

Sebagian besar asma didasari faktor alergi. Jadi, asma merupakan satu bentuk penyakit alergi. Dalam riwayat keluarga, biasanya ditemui asma, serta bentuk lain penyakit alergi, seperti eksim, pilek alergi, atau alergi obat maupun makanan. Kalau perlu, ditelusuri riwayat keluarga besar sampai buyut, kakek, paman, sepupu, dan seterusnya.

Hal yang diturunkan adalah bakat alerginya, namun manifestasinya bisa berbeda. Warisan bakat ini pun bisa lompat generasi. Misalnya, kakek mengidap alergi obat, anaknya mungkin tak memiliki manifestasi alergi, baru pada cucunya timbul penyakit tersebut.

Hal lain yang memperkuat diagnosis asma ialah respons yang baik dengan obat asma. Sering karena tidak terdiagnosis asma, pasien dengan batuk bandel diberikan obat penekan batuk, tapi bentuknya malah kian menjadi. Pasien asma memang tidak boleh diberikan obat tadi. Pasien akan mereda batuknya jika diberikan obat asma.

Untuk mengonfirmasi diagnosis asma, perlu dilakukan pemeriksaan khusus berupa uji fungsi paru. Untuk melaksanakannya, pasien perlu melakukan jurus yang cukup kompleks. Biasanya, anak berusia dibawah tujuh tahun belum mampu melakukannya sehingga pemerikssaan ini terbatas digunakan pada anak kecil.

Apabila ditemukan anak dengan batuk yang bandel disertai beragam fakta yang menunjang seperti di atas, anak dapat didiagnosis sebagai asma. Jika diagnosisnya tepat, tinggal masalah manajemennya.

Sumber www.idai.or.id/

Asma

Asma adalah suatu gejala yang ditimbulkan oleh kelainan saluran nafas yang berupa kepekaan yang meningkat terhadap rangsangan dari lingkungan sebagai pemicu.

Pemicu gejala ini dapat berupa kelelahan pikiran (gangguan emosi), kelelahan jasmani, perubahan lingkungan hidup yang tidak diharapkan (cuaca, kelembaban, temperatur, asap (terutama rokok) dan bau-bauan yang merangsang), infeksi saluran nafas terutama penyakit influenza tertentu, dan reaksi alergi dari bahan yang terhirup atau dimakan.

Tingkat gejala kepekaan saluran nafas ini diawali dari gejala yang ringan (berupa pilek/bersin atau batuk yang sering berulang/kambuh) sampai dengan gejala yang berat berupa serangan asma (kesulitan bernafas). Keadaan ini sebenarnya ditandai adanya latar belakang reaksi alergi.

Timbulnya beberapa tingkatan gejala kepekaan yang terekam/bisa diutarakan oleh penderita biasanya diawali sejak masa kanak. Sekitar 50% gejala akan sembuh dengan sendirinya, walaupun pada suatu saat gejala ini akan muncul lagi pada tingkat gejala yang lebih berat yang sering diberi istilah asma. Sekitar 55-6-% penyakit alergi pernafasan in dapat diturunkan ke anak atau cucu dan sisanya diakibatkan karena adanya polusi lingkungan hidup yang kurang atau masih belum mendapatkan perhatian, karena itu gejala baru muncul setelah dewasa bukan karena merupakan hal yang aneh.

Penyebab

Dasar permasalah pada penyakit asma terletak pada kelainan saluran nafas yang berpa proses reaksi/keradangan (akibat reaksi alergi) yang disebabkan oleh paparan bahan-bahan antara lain:

  • Debu yang ada di dalam rumah yaitu debu yang berasal dari kasur kapuk (terutama yang sudah lama), karpet, sofa, pakaian yang disimpan lama di dalam lemari, langit-langit atap rumah, buku-buku/kertas arsip yang lama, dll.
  • Bahan makanan terutama jenis ikan laut, susu sapi, telur, coklat, kacang-kacangan, dll. (sedang kelompok bahan makann yang mempunyai ciri yang mengiritasi a.l. pedas, dingin, bergetah, rasa manis/asam, asin, dll. bukan penyebab tapi pemicu).
  • Lingkungan hidup antara lain bulu yang berasal dari bahan pertanian (tepung sari, jerami, rumput-rumputan, ampas tebu, dll.), bahan yang berasal dari bulu dan kotoran unggas serta binatang piaraan.

Sumber http://nusaindah.tripod.com/tipsasma.htm

Gejala Asma

June 17, 2008 at 1:58 pm

Batuk-batuk tertama pada malam dan dini hari memang biasa ditemukan pada penderita alergi. alergi atau atopi merupakan penyakit gen sehingga diturunkan. Umumnya penderita atopi, alergi terhadap debu rumah atau udara dingin.

Di luar negeri yang mempunyai 4 musim, alergi biasanya terjadi pada musim semi saat bunga berkembang dan banyak banyak tepung sari yang beterbangan. Penelitian di luar negeri menyebutkan bahwa alergi pada anak paling banyak disebabkan oleh zat tambahan atau pengawet pada makanan.

Gejala alergi bermacam-macam, mulai dari bersin-bersin, pilek dengan ingus encer, gatal-gatal, sesak napas sampai mengancam jiwa. Anak-anak penderita alergi besar kemungkinan untuk menderita asma. Pada malam dan dini hari merupakan saat paling sering seorang penderita alergi atau asma mendapat serangan bisa sesak atau batuk-batuk.

Hal ini disebabkan karena pada saat itu, kadar kortisol (semacam hormone yang menjaga supaya tidak terjadi peradangan pada saluran napas) berada pada nilai terendah. Pada penderita asma hal ini tidak dapat ditoleransi sehingga mereka akan sering mendapat serangan pada waktu-waktu tersebut.

Pemeriksaan untuk mengetahui apakah anak ibu asma atau tidak bisa dengan pemeriksaan fungsi paru melalui alat spirometer atau dengan uji provokasi bronkus. Asma bukan penyakit menular sehingga ibu tidak perlu khawatir anak ibu akan menularkan penyakitnya pada orang lain. Apakah asma bisa sembuh?

Asma hanya dapat dikontrol, yaitu dengan pengobatan dan menghindari faktor yang mencetuskan serangan asma. Obat asma yang saat ini dianjurkan adalah obat semprot atau hisap karena mempunyai efek samping relative lebih kecil dibandingkan obat makan atau suntik.

dr. Risa F Musawaris

Sumber : Pontianak Post Online

12.6.08

Obat Semprot Bikin Ketagihan?

Asma adalah penyakit radang kronik saluran napas yang menyebabkan saluran napas hipersensitif terhadap berbagai allergen (zat/bahan yang menyebabkan alergi). Asma bukan penyakit menular dan asma terjadi karena faktor keturunan yang disebabkan oleh gen yang jumlahnya ratusan. Alergen atau zat yang mencetuskan asma bervariasi tiap individu.

Gejala serangan asma yaitu sesak napas, rasa berat di dada, batuk dan napas yang berbunyi (mengi, bengek). Frekuensi dan beratnya serangan asma bervariasi. Beberapa penderita lebih sering terbebas dari gejala dan hanya mengalami serangan serangan sesak nafas yang singkat dan ringan, yang terjadi sewaktu-waktu.

Tujuan pengobatan penyakit asma adalah membebaskan penderita dari serangan penyakit asma. Hal ini dapat dicapai dengan jalan mengobati serangan penyakit asma yang sedang terjadi atau mencegah serangan penyakit asma jangan sampai terjadi.

Mengobati disini bukan berarti menyembuhkan penyakitnya, melainkan menghilangkan gejala-gejala yang berupa sesak, batuk, atau mengi. Keadaan yang sudah bebas gejala penyakit asma ini selanjutnya harus dipertahankan agar serangan penyakit asma tidak sering kambuh. Obat-obatan bisa membuat penderita penyakit asma menjalani kehidupan normal.

Obat obat asma terbagi 2 yaitu pelega yang bertujuan untuk mengendalikan serangan penyakit asma segera dan obat yang berfungsi untuk mengontrol supaya serangan asma tidak sering terjadi. Pengobatan berbeda tergantung beratnya, biasanya obat semprot lebih cepat. Obat golongan Beta-2 Agonis (bronkodilator) dan steroid lebih kuat.

Sebaiknya gunakan obat semprot karena lebih aman bila dibandingkan obat minum atau suntik. Cuma karena kurangnya informasi dari dokter, banyak informasi salah yang menyebutkan bahwa obat semprot malah membuat ketagihan.

Obat semprot atau hirup relative lebih aman karena dosisnya lebih kecil dibandingkan obat minum atau suntik serta langsung ke saluran napas si penderita. Selain itu karena dosis kecil jadi efek samping juga relative lebih kecil dibandingkan obat minum atau suntik. Bila serangan asma hampir tiap hari, obat yang dipergunakan adalah kombinasi obat pelega dan pengontrol. Sebagian besar bronkodilator bekerja dalam beberapa menit, tetapi efeknya hanya berlangsung selama 4-6 jam.

Bronkodilator per-oral (ditelan) dan dipergunakan bila serangan asma tidak dapat diatasi dengan obat semprot atau hirup dan memiliki efek samping dan mula kerjanya cenderung lebih lambat. Pada serangan penyakit asma yang berat, bisa diberikan secara intravena (melalui pembuluh darah). Hal lain untuk mengontrol serangan asma anda adalah dengan mengenal pencetus yang menyebabkan timbulnya serangan asma serta hindari pencetus tersebut.

Pasien asma juga dianjurkan untuk memeriksakan diri secara teratur ke dokter. Karena bisa saja kondisi penyakit bertambah ringan atau sebaliknya sehingga baik obat maupun cara hidup perlu disesuaikan. Selain itu untuk menjaga kebugaran tubuh, anda dapat juga mengikuti senam asma yang bertujuan untuk melatih otot-otot pernapasan.

Team Pengasuh

Sumber : Pontianak Post Online