17.6.08

Apakah Anak saya Asma?

Penulis: Darmawan Budi S

Banyak anak asma yang tak terdiagnosis penyakitnya sehingga ditangani sebagai penyakit lain dan keluhannya tak kunjung reda. Mengapa ? Dalam hal kesehatan dan penyakit, banyak di antara kita menilai anak seperti orang dewasa. Inilah pangkal masalahnya. Anak bukan orang dewasa dalam ukuran kecil, jadi berbeda dengan orang dewasa. Banyak aspek kesehatan dan penyakit yang berbeda pada anak dibanding orang dewasa.

Untuk penyakit sama, gejalanya yang menonjol bisa berbeda antara pasien anak dan dewasa. Sebaliknya, gejala yang sama, misalnya batuk, bisa mengarah ke penyakit yang berbeda anatara anak dan dewasa. Karena itu, orang tua perlu memahami gejala pada anak yang patut dipikirkan kemungkinan ke arah asma.

Asma pada anak tidak selalu memberi gejala sesak dan napas berbunyi (mengi) seperti orang dewasa. Sering kali gejala yang menonjol hanya batuk, tapi bukan sembarang batuk. Lalu, batuk seperti apa yang patut diduga asma? Batuk yang “bandel”.

Pengertian “bandel” mencakup beberapa keadaan yang mirip, yaitu batuk berlangsung lama (dua minggu lebih), sulit sembuh, timbul berulang dalam jangka pendek, atau membaik sebentar namun timbul lagi. Biasanya pasien dengan batuk bandel sudah berkeliling berobat ke banyak dokter umum maupun spesialis.

Pada orang dewasa, jika ditemukan gejala batuk yang bandel, dugaan penyakit penyebab pertama adalah tuberkulosis (tb). Dugaan ini sering diterapkan pada anak juga.

Pemeriksaannya berupa foto rontgen dengan penafsiran sangat subyektif. Kemudian, bisa diduga ada “flek” dalam parunya sehingga diterapi tb. Jika ternyata asma, maka usia pengobatan tb, batuknya akan tetap ada.

Perlu mengubah paradigma pemikiran jika menemui anak dengan batuk yang bandel. Pertama, pikirkan kemungkinan ke arah asma, bukan Tb. Tb. pada anak bisa memberi gejala batuk, namun bukan utama. Hal yang mendukung ke arah asma diantaranya :

Batuk timbul jika terpajan dengan faktor pencetus yang banyak sekali bentuk dan macamnya. Ada yang dari lingkungan rumah, berupa debu, asap rokok, kapuk, atau bulu binatang. Faktor lain yang biasanya teramati orang tua berbentuk makanan, misalnya permen, cokelat, makanan ringan mengandung vetsin, gorengan, es, atau kacang. Pencetus lainnya adalah flu, aktivitas fisik berlebihan hingga lelah, atau perubahan cuaca.

Batuk asma pada anak memberikan ciri lain yang lebih berat pada malam atau dini hari. Terkadang, perbedaan intensitas batuk pada siang dan malam hari, demikian ekstrem. Siang, tanpa batuk sama sekali, lalu malam justru hebat sampai anak tidak bisa tidur. Tentu orang tua ikut terganggu tidurnya. Akibatnya anak mengantuk di sekolah, dan orang tuanya mengantuk saat bekerja.

Sebagian besar asma didasari faktor alergi. Jadi, asma merupakan satu bentuk penyakit alergi. Dalam riwayat keluarga, biasanya ditemui asma, serta bentuk lain penyakit alergi, seperti eksim, pilek alergi, atau alergi obat maupun makanan. Kalau perlu, ditelusuri riwayat keluarga besar sampai buyut, kakek, paman, sepupu, dan seterusnya.

Hal yang diturunkan adalah bakat alerginya, namun manifestasinya bisa berbeda. Warisan bakat ini pun bisa lompat generasi. Misalnya, kakek mengidap alergi obat, anaknya mungkin tak memiliki manifestasi alergi, baru pada cucunya timbul penyakit tersebut.

Hal lain yang memperkuat diagnosis asma ialah respons yang baik dengan obat asma. Sering karena tidak terdiagnosis asma, pasien dengan batuk bandel diberikan obat penekan batuk, tapi bentuknya malah kian menjadi. Pasien asma memang tidak boleh diberikan obat tadi. Pasien akan mereda batuknya jika diberikan obat asma.

Untuk mengonfirmasi diagnosis asma, perlu dilakukan pemeriksaan khusus berupa uji fungsi paru. Untuk melaksanakannya, pasien perlu melakukan jurus yang cukup kompleks. Biasanya, anak berusia dibawah tujuh tahun belum mampu melakukannya sehingga pemerikssaan ini terbatas digunakan pada anak kecil.

Apabila ditemukan anak dengan batuk yang bandel disertai beragam fakta yang menunjang seperti di atas, anak dapat didiagnosis sebagai asma. Jika diagnosisnya tepat, tinggal masalah manajemennya.

Sumber www.idai.or.id/

No comments: